Pages

Mawar Putih pun Berduri Tajam

Friday, November 14, 2014

Udara dingin mengusap lembut tubuhku yang tengah terbaring di sofa ruang keluarga. Aku sedikit terusik kemudian meringkuk memeluk lututku, berusaha menghangatkan diri. Namun, suara gemericik hujan bersautan dengan suara petir sedikit banyak mengganggu hibernasiku. Memuaskan diri dengan tidur seharian setelah satu minggu begadang demi tugas-tugas yang rasanya tidak pernah berkurang, atau malah terasa semakin bertambah.
Aku mengulet, melihat jam dinding. Jam 3 sore. 12 jam aku tertidur, pantas saja aku merasa sangat lapar hingga perutku terasa perih. Aku bangun, duduk menghadap kearah jendela. Aku menguap sambil melihat tetesan air yang turun dari si hitam cumulonimbus di atas langit sana. Melihat ke sekeliling halaman depan rumah. Berjejer bunga mawar tersiram air hujan. Aku pandangi satu per satu mawar itu, walaupun sebelumnya aku tidak pernah memperhatikan halaman depan rumah yang dirawat sangat apik oleh ibuku.
Tiba-tiba ada satu pemandangan yang tertangkap kedua mataku, dan langsung masuk kedalam otakku, lalu seketika terjun bebas kedalam hatiku. Mawar putih. Satu-satunya diantara deretan mawar merah dan pink, tertanam begitu indah dengan kelopak putih jernihnya. Aku bukan pujangga yang bisa menuliskan kata-kata romantis, tapi mungkin itulah Anna. Ditengah deretan mantan-mantanku, dialah yang paling berbeda. Hatiku mulai bereaksi, memori otakku kembali membuka album usang tempat aku menyimpan segala kenanganku dengannya.
Senyumnya, tawanya, tingkah lucunya, marahnya, delik matanya aku masih sangat megingatnya. Bahkan wangi khas tubuhnya pun masih lekat dalam ingatanku. Aku ingat bagaimana ia begitu marah ketika aku selingkuh. Saat itu aku baru menyadari betapa bodohnya diriku. Mungkin tangisannya adalah klimaks sakit hatinya. Ia tidak banyak bicara, diam membungkam lalu pergi. Ingin aku kembali pada saat-saat itu, mencoba meredam tangisnya dan mencegahnya pergi. Namun, rasanya tidak pantas lagi aku menghampirinya. Walau kini ia sudah memaafkanku, aku tahu di dalam hatinya luka itu masih menganga.
Aku rindu.
Jika aku seperti Nobita yang memiliki Doraemon, mungkin saja aku bisa memintanya mengeluarkan mesin waktunya. Kembali ke 2 tahun lalu. Aku ingin memperbaikinya, atau malah 3 tahun lalu memulai semuanya dari awal seperti serial Proposal Daisakusen. Jika aku diberi kesempatan itu aku akan menyayangi Anna sepenuh hati dan tidak akan membuat air matanya menetes setitikpun. Bahkan aku rela menjadi badut yang senantiasa mengukirkan senyum di wajah putihnya. Memulai dengan indah, terus berputar seperti bumi yang tak berujung.
Salahkah?
Terlambat. Hanya itu alasnnya. Aku terlambat untuk memperbaiki semuanya,
Tiba-tiba dadaku terasa nyeri, sesak, pelupuk mataku terasa panas. Mataku berkaca-kaca. Terlalu sakit untuk mengingat peristiwa ini. Kanker pun rasanya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan harus kehilangan orang yang paing disayangi. Dan kepergiannya adalah karena ulahku.
Sore itu ketika kami bertengkar hebat, diluar sedang hujan deras. Petir menyambar-nyambar mengiringi pertengkaran kami. Wajahnya memerah, sorot matanya begitu tajam diiringi derai air mata yang terus keluar dari mata cokelatnya. Aku menunduk, sesekali aku mencoba berargumen, namun aku memang salah. Aku mengaku salah. Aku memang bodoh. 1 tahun kebersamaanku dengannya sering kali diwarnai permainanku. Perselingkuhan yang terus menerus aku lakukan dengan beberapa gadis lainnya membuat Anna merasakan sakit hati yang amat dalam. Ia tahu, namun ia hanya diam, dan bersabar. Seperti thermometer yang dipanaskan, 2 tahun lalu adalah klimaks semua kekecewaannya.
Ia membaca semua chat mesra bbm ku dengan seorang gadis yang sangat asing baginya. Setelah ia meluapkan emosinya, ia memaksakan diri menerobos hujan lebat. Aku tak bisa menahanya. Aku membiarkannya pergi karena kupikir ia butuh waktu untuk menenangkan diri, setelah ia tenang baru aku akan berbicara baik-baik kepadannya, mengakui semuanya dan meminta maaf. Saat itu aku hanya membutuhkan maafnya, jika ia tetap tidak ingin meneruskan hubungan ini aku bisa menerimanya. Karena kala itu aku pikir aku bisa mendapatkan gadis lain yang lebih baik dan lebih cantik darinya. Nyatanya hipotesaku salah besar. Aku masih saja merindukannya.
Tidak sampai setengah jam Anna pergi, ia meneleponku.
“Hallo benar ini dengan mas Aldo?”
“i-i-iyaaa” aku kaget ketika bukan Anna yang bicara dibalik telepon.
“Mas Aldo, kami dari pihak RS.Mitra Keluarga Depok ingin memberitahukan bahwa teman anda, saudari Anna sedang kritis dan harus dilakukan tindakan dengan segera. Kami membutuhkan kehadiran Anda, karena beberapa kali kami tidak bisa menghubungi keluarganya….”
“baik! Saya segera kesana”
Tanpa pikir panjang lagi aku mengambil kunci motor dan segera melesat ke rumah sakit. Aku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi dengan Anna. Jantung ini rasanya berhenti berdetak ketika mendengar kabar itu. Aku memacu kuda besiku, menerobos hujan yang tak kunjung berhenti. Aku takut petir, namun aku lebih takut kehilangannya.
Aku sampai di rumah sakit. Anna masih di UGD, tubuhnya bersimbah darah. Kepalanya terus menerus mengeluarkan darah. Aku merasakan seluruh tubuhku melemah, aku tidak bisa membiarkannya seperti ini. Aku tidak ingin kehilangannya. Seorang suster menyodorkanku sebuah dokumen persetujuan tindakan operasi. Tanpa pikir panjang aku menandatanganinya.
Tak lama Anna langsung dibawa ke ruang operasi. Nafasku tidak teratur, kepalaku terasa sakit seperti dihantam bola beton. Aku duduk di depan ruang operasi. Aku masih bertanya-tanya apa yang menyebabkan Anna seperti itu? Bisakah Anna diselamatkan? Tuhan tolong aku.
“Kamu teman gadis tadi, nak?” tiba-tiba suara seorang lelaki mengagetkanku.
Aku hanya mengangguk pelan. Kepalaku terus menunduk, aku menyembunyikan mataku yang sudah sejak tadi dibasahi air mata.
“Tadi dia tertabrak mobil waktu mau nyebrang, nak. Mobilnya kabur gak mau tanggung jawab. Semoga bisa diselamatkan ya, nak. Saya pamit dulu.” Katanya
Sesak dada ini mendengar cerita itu. Anna, sorry. All caused by me. I’m foolish!!!!
Pria itu bergerak menjauhiku, berjalan memunggungiku.
“Terima kasih, Pak.” Kataku lirih
Ia menoleh dan tersenyum. Aku berusaha membalas senyumnya sebisa mungkin.
Tak lama keluarga Anna datang bersamaan dengan keluarnya dokter dari ruang operasi. Kami semua menanti kabar tentang kondisi Anna. Mama Anna tak henti-hentinya menangis.
“Anna kehabisan banyak darah, kami membutuhkan darah lagi karena stok darah AB sangat sedikit. Siapa diantara kalian yang golongan darahnya AB?” kata dokter.
Aku tidak pernah mendonorkan darah, dengan alasan takut dengan jarumnya yang sangat besar itu. Namun kali ini yang membutuhkan adalah orang yang sangat aku cintai. Setelah melewati pemeriksaan kesehatan aku mulai mendonorkan darahku. Besar harapanku saat itu Anna bisa tertolong.
Beberapa jam setelah aku mendonorkan darah, dokter kembali keluar ruangan dan memberitahukan bahwa Anna masih koma dan ia tidak bisa memprediksikan kapan Anna akan siuman.
Aku dan keluarganya sangat terpukul saat itu.
Tidak sampai satu minggu Anna di rumah sakit, keluarganya membawa Anna ke rumah sakit di Jerman untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik lagi. Saat itu aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Aku hanya bisa berdoa untuk kesembuhannya.
Setelah enam bulan perawatan Anna sembuh. Betapa senangnya ketika mamanya memberitahukan kabar itu. Ingin segera aku menyusulnya kesana, sebelum satu e-mail ini sampai:
Hai, apa kabar?
Aku sudah sembuh dan sehat kembali disini. Do, aku sudah memaafkan kamu. Semoga kamu bisa menjadi pria yang bertanggungjawab atas komitmen yang kamu bangun. Aku sudah bilang sama mama papa untuk tinggal disini saja. Rasanya terlalu sakit untuk pulang ke Indonesia. Aku sedang dekat dengan seorang dokter yang menanganiku disini. Terima kasih untuk pelajaran berharga ini. Aku harap kamu mengerti.
Belakangan aku mendengar dari teman-temannya bahwa ia telah menikah dengan dokter itu, dan juga terkadang aku masih sering mengikuti aktifitasnya lewat sosial media.
Anna tidak salah, itu jalan hidupnya. Dan jika aku dulu tidak begitu, mungkin jadinya tidak seperti ini. Sesal memang selalu datang di akhir. Namun, ada setitik rasa bahagia ketika mengingat bahwa didalam tubuhnya mengalir darahku juga.
Aku yang membuatnya celaka, tapi sedikitnya aku menyelamatkan nyawanya, walaupun luka hatinyanya tak bisa aku sembuhkan.

Mawar putih, itulah kamu, Anna. Polos, elegan, sederhana namun cantik, dan sangat besar hati.Aku benar-benar mengaguminya.
Aku menutup album usang itu. Bangkit berdiri, mengambil sebatang rokok lalu menyalakannya. Menghisapnya dalam-dalam, mengeluarkan asapnya pelan-pelan, seperti rasa sakit dan kerinduan ini, aku ingin melepaskannya perlahan-lahan bersama kepulan asap tembakau ini.
***


Aku Bukan Gitarmu

Tuesday, November 04, 2014

Tanganmu melingkar memeluk gitar cokelat tua itu
Jari-jari itu menyentuh senar-senar yang kian berkarat
Kau petik lihai satu demi satu dawai gitarmu
Nada-nada  mengalun indah dari kotak resonansi itu
Suara merdumu menyatu menjadi sebuah harmoni indah di telingaku
Kau tampak manis ketika itu
Sayang aku hanya bisa memandangimu dari kejauhan
Sejujurnya aku ingin ada disana, disampingmu
ditepi danau nan tenang, bermandikan cahaya mentari sore yang hangat
Namun aku takut, aku takut aku terjatuh lagi

Aku masih mengagumimu, senyummu, tawamu, dan semua tingkah lucumu
Aku masih merindukan hangatnya pelukmu, tatapan matamu, dan
aku....
aku masih mencintaimu seperti dulu
Aku masih sama seperti yang dulu
Namun aku bukanlah gitarmu
Aku bukan gitar yang bisa kau mainkan sesuka hati
lalu kau campakkan ketika kau sudah puas
Kau selalu datang dan pergi sesuka hatimu
Aku kesal kau begitu
aku ingin kau berubah
tapi apa daya, aku memang lemah
aku tak kuasa untuk menolakmu
aku selalu membukakan pintu saat kau datang
saat kau pergi, aku hanya bisa memandangimu dari jauh

Kau adalah nama yang selalu kusebut dalam doaku
Ku memohon pada-Nya agar kau selalu sehat dan bahagia
walau tak bersamaku
Selebihnya aku ingin kau sadar
akan kehadiranku disampingmu
Aku bukan gitarmu
Aku ingin menjadi orang yang selalu ada disampingmu
saat kau berlagu sedih maupun bahagia


Long Distance Relationship, Bukan Pemisah Aku dan Dirinya

Sunday, November 02, 2014

Seperti dalam dongeng, setiap gadis memiliki impian bertemu dengan seorang pangeran tampan atau ksatria tangguh dalam hidupnya. Diawali dengan pertemuan dramatis, diselingi konflik nan ironis, kemudian diakhiri akhir yang romantis. Sangat klasik. Namun aku pun pernah bermimpi seperti itu. Memiliki pasangan hidup setampan Ken atau dalam dunia nyata seperti Bradley Cooper, seseksi Adam Levine, atau sekeren Taylor Lutner. Bukan hal yang salah selagi mimpi itu dibarengi usaha dan selalu sadar akan realita yang ada.
Mencari yang sempurna, sempurna, dan sempurna. Habislah waktu kita. Nobody perfect, but let's look for someone out there who offer her/his simplicity to complete you. It's perfect life, guys.
Sekitar satu tahun lalu aku bertemu seorang pria (4 years older). Sebenarnya jauh sebelumnya kami sudah saling berkomunikasi lewat jejaring sosial, facebook. Kejadian itu terulang lagi, singkat cerita kami bertukar no HP, dan saling berkirim pesan. Awalnya biasa saja, sama seperti teman-teman lainnya. Ternyata kami punya satu kesamaan, yaitu sama-sama penggemar salah satu klub sepakbola raksasa Spanyol, Barcelona. Modus selanjutnya adalah ia mengirim jersey klub kesayanganku ke rumah dengan nama (-DIANA- if you remember) yang salah (untung aja bukan alamat palsu wkwkwk). Sebelumnya aku tidak pernah tau dia rupanya seperti apa, kesalnya dia tau aku. Hingga suatu hari seorang teman mengetahui kedekatan kami, dan menyuruhnya datang ke tempatku berada saat itu. 
Canggung. Itulah perasaan pertama ketika sosok pria seksi ini muncul dihadapanku (cieee disebut seksi :p). Kemudian kami pun terbawa dalam obrolan-obrolan ringan ditengah kedua temanku yang lainnya (ceritanya double date). Dia mengantarku pulang. Dan sejak saat itulah dia melancarkan manuver-manuvernya untuk menembus pertahananku. Bukan pertahanan, tapi kesia-siaan yang dipertahankan.
Setelah proses yang cukup panjang akhrinya, 2 Novermber 2013 kami meresmikan hubungan kami.
Satu bulan pertama, percakapan mesra nan manja mengawali minggu-minggu pertama kami pacaran. 
Bulan kedua, untuk pertama kalinya aku diperkenalkan pada keluarga besarnya. dan itu gugupnya bukan main. Ada rasa takut tidak disukai, atau parahnya tidak direstui, tapi syukurlah kami bisa sampai sekarang karena restu keluarga pula.
Saat aku ulang tahun tanpa diduga-duga ia datang tengah malam kerumahku bersama teman-teman kami. Ketika aku baru saja ingin tidur, tiba-tiba mereka muncul dari dapur sambil menyanyikan lagu ulang tahun. Senengnya pake banget apalagi dekorasi kuenya Barcelona. (so sweet and once again thank you for you all)
Akhir tahun 2013, kami habiskan semalam suntuk dirumahku. Menikmati detik-detik pergantian tahun bersama keluargaku. Itu pertama kalinya aku membawa pria ke rumah saat malam tahun baru. 
Bulan ketiga, mulai ada pertengkaran-pertengkaran kecil. Ia pindah ke Bandung untuk mencari pekerjaan. Hal itu menjadi awal kami menjadi pejuang jarak dan waktu. Tapi dua minggu sekali dia masih pulang ke Kuningan. 
Bulan keempat, aku pergi ke Bandung. Tujuannya 2 in 1. Ada acara dengan komunitasku dan sekaligus bertemu dengannya. Rasanya lega ketika bertemu lagi dengan dia. Senangnya bukan main, ketika melihat sosoknya ada disampingku.
Bulan kelima, aku mulai sibuk mempersiapkan ujian nasional. Dia sangat pengertian, walau kadang terselip pertengkaran karena hal-hal kecil tapi itulah penyedapnya.
Bulan keenam, ulang tahunnya bertepatan dengan peringatan hari jadi kami. Awalnya aku mau mengirimkan kue kering buatanku ke Bandung, tapi secara mendadak ia pulang ke Kuningan. Hampir ketahuan tapi untungnya masih berhasil. Surprise party sederhana, sekaligus membangunkan kebo bangun dari tidurnya hahaha. 
Bulan ketujuh, ia kembali ke Bandung.Aku lulus, Ia mulai bekerja, waktu kami untuk berkomunikasi semakin terkikis. Tapi SMS dan telepon masih jadi andalan.
Bulan kedelapan, satu bulan kami tidak bertemu namun akhirnya bertemu dengan hitungan 8 jam saja. Saat-saat terakhir aku menangis dipelukannya. Saat itu aku merasa tidak ingin pergi lagi. Ingin rasanya tinggal terus disampingnya. Namun, itu tidak memungkinkan. Aku kuliah di tempat yang jauh dengannya. Resiko long distance relationship yang sebenarnya pun harus kami terima dengan ikhlas. 
Bulan-bulan seterusnya hingga bulan yang keduabelas hanya tersisa SMS dan telepon. 
Perbedaan-perbedaan prinsip mulai muncul, namun kembali pada bagaimana kami membangun cerita hidup ini. Banyak orang meremehkan LDR, seolah tak punya harapan. Bau-bau perselingkuhan memang selalu mendekati mereka yang menjalin hubungan jarak jauh. Banyak kesempatan, tapi ingatlah bagaimana susahnya kita membangun dan mempertahankan hubungan yang sudah ada. 
Aku dan dia tidak sama. Sedikit banyak perbedaan itu menjadi akar munculnya pertengkaran.
Dia bukan orang tertampan, terpintar, teromantis, terkaya, dan ter ter selanjutnya. Tapi dia adalah orang yang hebat yang bisa meluluhkan hatiku. Orang yang bisa membuat aku bangkit. Orang yang membuatkanku cermin untuk selalu aku berkaca pada diri sendiri. Orang yang bisa meyakinkan hatiku. Dia tidak selalu mengerti aku, karena dia tau saat dimana aku harus mengerti dirinya.
Aku memulainya dengan rasa nyaman, bukan dengan jatuh cinta. Karena jatuh cinta tidak menjamin aku dapat merasakan kenyamanan ini.
Aku meneruskan ini bukan karena keinginan, tapi karena aku membutuhkannya dan karena aku telah berani memulainya.
Jarak dan waktu bukanlah penghalang ketika kita berani memulai. Komunikasi, kepercayaan, dan saling mengerti adalah kuncinya. Tapi yang utama dari semuanya adalah sejauh mana niat kita untuk mempertahankan apa yang telah kita mulai. Karena mengakhiri itu jauh lebih mudah daripada kita memulai sesuatu yang baru.

Sumpah Pemuda, Sebuah Janji Tanpa Realisasi

Thursday, October 30, 2014


28 Oktober 2014 kemarin adalah peringatan Sumpah Pemuda yang ke-86 tahun. Sebuah sumpah yang membangkitkan semangat para pemuda di masa penjajahan dulu. Suatu titik balik kebangkitan bangsa Indonesia ditengah kekejaman kolonialisme Belanda. Sebuah sumpah yang mempersatukan bangsa kita, perjuangan kedaerahan berubah menjadi perjuangan nasional. Semua berjuang mempertaruhkan jiwa dan raganya demi sebuah kemerdekaan.
Dirumuskan begitu baiknya oleh para pelopor kala itu. 
Intinya adalah satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa..
Kini kita memperingati tanggal 28 Oktober sebagai hari Sumpah Pemuda. Namun, nampaknya hanya sebuah peringatan biasa tanpa sebuah realisasi. Tidak dimaknai dengan baik. 
Dari ketiga isi Sumpah Pemuda terdapat sebuah kata yang sama, yakni SATU. 
Apakah sekarang kita sudah SATU TANAH AIR? BANGSA dan BAHASA?
Kita tinggal di satu negara yang sama, terbentang dari Sabang hingga Merauke, 726 bahasa daerah dipersatukan dengan satu bahasa, bahasa Indonesia. Namun sebenarnya bukan itu saja, ada makna yang lebih dalam yang terkandung dalam Sumpah Pemuda. kata SATU tanah air, bangsa, dan bahasa bermakna kita sebagai bangsa Indonesia yang tinggal di negara yang sama dengan satu bahasa pemersatu yang sama harus mampu bersatu untuk kesatuan dan kemajuan bangsa dan negara kita. Bukankah persatuan ini ditegaskan lagi dalam sila ke-3 Pancasila, "Persatuan Indonesia"?
Sekarang kita lihat carut marut politik dan ketegangan di Senayan. DPR yang seharusnya menjadi "perwakilan rakyat" hanya jadi "perwakilan partai" atau "perwakilan golongan". Bukan hanya itu, DPR yang seharusnya bersatu untuk menyuarakan suara rakyat, malah terpecah belah karena perbedaan kepentingan yang bersifat "golongan". Berpenampilan terhormat namun bermental liar, bertingkah seperti binatang yang tak tahu tata krama. Bertingkah seolah "saya paling benar". Berbagai intrik menyelimuti wajah-wajah baru parlemen. Bak anjing dan kucing yang tak pernah akur, begitulah KMP dan KIH. Melupakan amanah yang mereka pikul. 
Jika parlemennya tidak bersatu, bagaimana akan tercipta Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera? 
Egoisme harus dihilangkan. Api persaingan dan ketegangan harus diredakan, Ini bukan dunia dongeng yang akan muncul seorang superhero yang akan menyelesaikan semua masalah yang terjadi. Kesadaran dari setiap pribadi akan kepentingan bangsa harus dimunculkan. Bukankah Bapak/Ibu adalah insan beriman? Bukankah Anda berpendidikan? 
Hancur bangsa ini jika kita terpecah belah. 
Mari kita bersatu, satukan visi bahwa kedepannya Indonesia harus menjadi negara yang lebih baik dari sekarang. Negara dan bangsa yang siap menghadapi tantangan global, menjadi Zambrud Khatulistiwa, melebarkan sayap-sayap Garuda keseluruh penjuru dunia. Bukankah lebih indah bila hidup harmonis dan damai?

Bertahan, Haruskah?

Wednesday, October 22, 2014

Aku..
Berdiri diantara mereka yang mengumbar sejuta kata cinta..
Ditengah mereka yang berpeluk mersra,.
Kuperhatikan mereka satu per satu, rona bahagia terukir di wajah mereka, tawa bahagia membahana di setiap celotehnya.
Ada sekelumit rasa yang aku tak bisa jelaskan.
Aku melihat disebrang sana, ada mereka yang beradu urat nadi, wajah memerah bak besi yang dipanaskan,
yang lain muram, menunduk, menangis. ada kesal, sedih, kecewa, marah, dan sesal mengelilingi mereka.
Dua situasi yang berbeda.
Dan aku?
Aku bagaikan sampan yang terombang-ambing ombak di laut lepas.
Tak tentu arah..
Aku berdiri diatas ketidakpastian yang kau ciptakan..
Menunggu kau datang dengan senyum dan tatapan penuh arti itu kembali. Salahkah?
Aku selalu menginginkanmu, Aku membutuhkanmu.
lalu, kau?
Kau hanya membutuhkanku, tapi tak menginginkanku.
Kau datang saat kau membutuhkanku, lalu pergi begitu saja. Begitulah seterusnya.
Aku lelah..lelah mengartikan semua sikapmu, menunggumu,
terlebih melihatmu bersama orang lain.
Aku hendak pergi. Namun kau menghampiri.
Aku mencoba terus bertahan, memberikan apapun yang terbaik untukmu,
Namun setelah itu kau pergi lagi.
Aku terjebak dalam sebuah dilema.
Kau tak pernah berkata cinta, namun perilakumu, perhatianmu seolah memberiku harapan.
Apa aku salah mengartikan semua ini?
Apa selama ini aku hanya membuang waktuku?
Haruskah aku lenyap dari kehidupanmu?
Bisakah aku menghindar dari bayang-bayang dirimu?
Bisakah aku berhenti memperhatikanmu, memikirkanmu, dan menangisimu?
Haruskah aku beranjak pergi dari tempat dimana aku bertahan selama ini?


(terinspirasi dari seorang teman)

MAHASISWA: Satu Bulan Pertamaku

Akhirnya malem ini gue bisa nulis lagi, setelah sekian lama blog ini udah hampir berdebu kali ya -____-
Kali ini gue gak akan nulis kritik, cerpen, atau artikel apapun. gue cuma pengen curhat tentang hal-hal apa yang terjadi selama kurang lebih satu bulan gue jadi MAHAsiswi.
Gak penting dan gak ada benefits nya juga buat kalian, blogger. But, I want to write my 'lil experience here. Just read it...

Kebetulan (sebenernya gak ada yang kebetulan, semuanya udah direncanakan Tuhan) gue dapet beasiswa S1 di salah satu universitas swasta di Jabodetabek (gue gak yakin nyebutin letak pastinya universitas gue ini soalnya tersebar di seluruh wilayah pariperal Jakarta). Terhitung sejak Agustus tahun ini gue pindah ke Depok, dan mulai kuliah akhir bulan September. Sebelumnnya ada matrikulasi (pengenalan matkul) selama 3 minggu. Dan ketika saat itu gue belum terlalu sibuk, masih sempet jalan2 ke rumah sodara gue di Tangerang, Bekasi, dan Jakarta. 
Setelah masuk bulan September, dan ketika masuk hari pertama gue kuliah jadi mahasiswanya itu beneran TERASA. Ada sekitar 10 lokasi kampus, dan gue kebagian kuliah di kampus F. Lokasinya itu....gak ada di peta. lo mau cari di google maps pun gak akan ada. Terpencil? Bisa dibilang begitu. Dari jalan raya masuk gang, dan kalo lo jalan sari gang-kampus bisa memakan waktu 10-15 menit (kalo jalannya cepet). Bayangkan gimana jauhnya, dan awal-awal gue kuliah itu jalan kaki. Oke itu perjuangan pertama sebagai insan yang haus akan ilmu (sedikit hiperbola boleh kali yak)
Setelah masuk kampus gue harus olahraga naik tangga sampai lantai tiga, ya itung-itung usaha buat kurus deh. Masuk ke kelas yang dipenuhi berbagai manusia unik dari barat Indonesia sampai bagian timur. Dari yang pendiem sampe yang nyeleneh. Macem-macem karakter, dan mereka semua rata-rata menyenangkan dan bisa buat gue ketawa tiap hari. 
Bukan cuma temen-temen yang sikapnya beragam, dosennya pun begitu. Mulai dari yang garing bikin ngantuk, galak/jutek setengah mati, sampe yang bisa diajak ketawa bareng. Perbedaan itu memang indah. coba kalo semuanya sama? Dijamin bosen dan rasanya itu gak ada tantangan.
Fakultas gue itu kebetulan anak bungsu, jadi mahasiswanya baru sedikit. Tapi hebatnya bisa ngadain kuliah umum dari Wakil Presiden baru, Pak JK (panggilan akrabnya). Gilaaa, itu pertama kali denger langsung seorang pemimpin ngasih materi yang gak bakal lo dapet dari dosen manapun. Kharisma dan kesederhanaannya itu kerasa banget. Semoga beliau bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik ya. Marilah kita berdoa. Amin.
Gak lama setelah acara itu ada acara besar kedua yang diadain Fakultas gue, jenis acaranya gathering gitu. Dari sesepuh sampai angkatan gue kumpul disana. Acaranya seru-seruan gitu, outbound, games, dan sekaligus ajang modus para jomblo. Dari acara ini jadi bisa kenal banyak kelas, ya lumayan buat tanya-tanya tugas, nambah link juga, malah ada temen gue lagi PDKT sama kakak kelas. berarti acara itu berhasil. Good job, HIMIKOM! 
Acara itu menghapus sejenak bayang-bayang tugas di pikiran, tapi setelah itu...back to my daily activities
Tiada hari tanpa begadang (serius, gak bohong). kurang lebih tiga minggu gak bisa tidur nyenyak, selalu mata panda dan gue akalin pake concealer pun masih kentara. Begadangnya udah biasa, tugas pun udah biasa, yang gak biasa itu BACA BUKU. 
Selama ini yang gue sebut baca buku itu cuma NOVEL. Dari SD-SMA gue selalu ogah-ogahan kalo disuruh baca sama nyokap. Padahal nyokap selalu bilang "buku itu jendela dunia", waktu kecil gue mikir, mana ada jendela muncul dari buku kan. Apa dengan kita baca buku kita bisa liat dunia? Dulu gue ketawa denger nyokap gue bilang gitu. Dan sekarang...itu BENAR. Salah seorang dosen gue ngasih tugas makalah, dilarang keras copas (copy-paste) apalagi ngambil sumber dari mbah google (kecuali ebook). Diharuskan minimal 10 buku literatur. Itu tuh kerasa banget, menghilangkan malasnya baca buku tuh susah banget. 
Gue nyari-nyari buku-buku referensi di toko buku terdekat, dan pas lewat jajaran novel-novel itu rasanya gatel banget pengen beli. Awalnya gue ngeluh-ngeluh dengan tugas itu, tapi sekarang sadar tujuan dosen nyuruh kita baca buku itu bener. Gue ngerasain sendiri. 
Materi presentasi gue itu menyangkut filsafat ilmu, mau gak mau gue baca buku filsafat (sampe bela-belain beli). Gak bisa satu kali baca gue ngerti, berkali-kali gue baca baru gue ngerti maksud dari tulisan-tulisan itu, dan itu tuh rasanya seneng banget, ketika lo bisa tau sesuatu yang baru. 
Ketika kita menghakimi bahwa kita itu malas, maka seluruh tubuh kita bakalan merespon rasa malas itu. Tapi, ketika kita bisa memotivasi diri kalo kita BISA, dan ketika kita benar-benar BISA melakukan hal itu, pasti ketagihan dan bakal muncul rasa bangga kalo kita bisa ngelawan rasa malas itu. 
Begitulah kurang lebihnya, ini hanya sebagian kecil yang bisa gue tulis. Banyak hal-hal lainnya yang terjadi, mungkin banyak cerita-cerita lainnya yang bakal gue tulis di lain hari.
Semoga bisa banyak waktu buat sekedar berbagi cerita disini.
Intinya, Do all your work with all your sincerity, so you'll find its benefits.



She's Died, But My Love Isn't

Sunday, September 28, 2014

I never expected that I should through this. So bitter and I didn’t know how deep this hurt.  What do you think was wrong? Who was wrong? Why did it happen to me? WHY? God, WHY?
I’m not judge the God, but why You didn’t give me the opportunity? I wanted to see her in her last breath, beside her when she was closing her eyes. I promised to always beside her, but I couldn’t keep that.
I know her when I was senior high school. She wasn’t a prettiest girl in my school, but she was so fascinating. A cheerful girl, with those smile. Sweet. Her eyes was gorgeous when the sunlight touched her face. I love her  with all her simplicity.
When the Cupid came, finally she’s mine. All we passed together. Laugh and tears, happy and sad, mad, jealous, etc. We’ve made an unforgettable moments ever in our life. She was complete me.
 I won’t make she shed her tears. But I did. She hate me when I was smoking.  I was angry, I told roughly  to her. At that moment I saw the tears drops on her cheek, then she ran so fast. I chased her, but then I turned around.  I apologized to her, and promise never let her cry again.
Too many moments in last 3 years with her. She’s like my heroin. I couldn’t life without her. Every steps I took, every prays, every breaths, I always think of her. She’s my valuable thing in my life, my tremendous mate.
When we’ve done the senior high school, I continued to study in UNPAD, and she chose IPB. We separated by distance and time. It didn’t matters. I believed we’re mate.
Day to day we passed. About a month after we took long distance relationship, I should hear a news that could make my heart stop beating. Suddenly she died. Honestly, she never told about her sick. Nobody knew, although her parents. Before went to campus she got persistent cough that discharging blood. She called her father, then she took to the hospital. On the way before she arrived there, she breathed last. God have taken her to His side.
This was so fast for me, I adore her, I love her more than anything. But, God loved her more than me. She took my love to the heaven.
Honey…you’re my best mate I ever had. Nobody can change your position. 
Honey…wait me there..
I LOVE YOU 

(Inspired by a real story with some adaptation)

Tentang (Mengurangi) Rasa Sakit Hati

Friday, September 26, 2014

Pernahkah teman-teman merasa nyeri di area sekitar dada, tiba-tiba nafas terasa sesak, ada yang seperti sesuatu yang mengganjal dileher?
Setelah gejala-gejala tersebut terjadi kemudian mungkin sebagian diantara kalian ada yang pelupuk matanya tiba-tiba panas, air mata menggenang, dan jatuh begitu saja? Sehingga semakin terasa nyeri di dada?
Pernahkah?
Itulah sakit hati. Bukan liver atau hepatitis. Sakit ini dirasakan ketika ada hal yang dirasa tidak sesuai dengan harapan/keinginan, sehingga memunculkan rasa kecewa yang mendalam. Banyak penyebab orang sakit hati, diantaranya yang terjadi di usia 13-25th, yakni :
1. Tidak dipenuhi keinginannya oleh orang tua
2. Putus dengan pacar
3. Pacar selingkuh
4. Difitnah
5. Orang yang disuka sejak lama malah berpacaran dengan orang lain/ bahkan menikah
6. Gagal mendapatkan universitas yang diimpikan (banyak korban setelah pengumuman SNMPTN/SBMPTN)
7. dipehape'in
8. Gagal mendapat pekerjaan
9. Mantan punya pasangan baru
10. dan masih banyak lagi...
Masalah-masalah diatas sangatlah lumrah kita alami.
Ketika sedang merasa sakit hati kebanyakan orang mengeluh, mencaci maki orang yang menyakitinya, sampai mendoakan hal-hal buruk, atau malah ada yang tidak mau makan sampai sakit, dan yang terparah adalah bayak kasus bunuh diri karena sakit hati.
well,  cara-cara diatas itu bukan cara jitu menghilangkan sakit hati. Semakin kamu membenci semakin kamu mengingat sakit itu. Walaupun saya tidak ada apa-apanya dibandingkan om Mario Teguh, tapi mungkin cara ini bisa membantu kalian yang sedang dalam keadaan down.
1. Berdoalah pada Tuhan kalian, minta petunjuk dan bimbingan-Nya. (jangan menyalahkan Tuhan)
2. Kendalikan diri dan emosi kalian
3. Ingat bahwa ini sebuah 'ujian' yang ada akhirnya
4. Ingat pula dibalik semua masalah yang kalian hadapi, ada Tuhan yang menyiapkan rencana luar biasa untuk kalian
5. Menangislah sepuas-puasnya jika itu bisa membuat kalan tenang
6. Ceritakanlah masalah kalian pada orang yang bisa dipercaya, seperti keluarga, sahabat, dll
7. Jangan menyimpan masalah sendiri, karena itu akan membuat hidup lebih terasa berat
8. Carilah hal-hal yang bisa menghibu kalian, misalnya main bersama teman, mendengarkan musik, dll
9. Jangan berniat melupakan masalah/sumber masalah tersebut, biarkan semua mengalir. Semakin kalian ingin melupakan semakin sering pula pikiran kalian memutar ulang cerita menyakitkan itu
10. Tetaplah tersenyum, dan katakan terima kasih kepada orang yang menyakiti kalian karena mereka kalian bisa belajar lebih kuat lagi menjalani hidup. Katakan terima kasih pada kegagalan, karena kalian akan tahu bagaimana proses menjalani hidup yang sebenarnya.

Saya bukanlah siapa-siapa, saya bukan orang hebat. Saya pun masih belajar menjalani kehidupan ini. So, thank to all people around me, you're my great inspirations. Semoga apa yang saya tulis bisa membantu teman-teman.
Terima kasih sudah membaca :)

Seperti Apakah Indonesia Kelak?

Wednesday, September 24, 2014

 "Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah  kesangsian.Tetapi, jika orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan." (Sir Francis Bacon)

            Tahun 2015, ASEAN akan memulai ASEAN Free Trade Area (AFTA), lalu di tahun 2020 WTO akan mengadakan perdagangan bebas secara global. Artinya, seluruh Negara di Asia maupun Negara di dunia lainnya akan melakukan perdagangan secara bebas tanpa adanya pajak masuk ke wilayah territorial Negara lain. Sudah siapkah Indonesia?
            Tentu jawabannya adalah : belum. Indonesia belum siap menghadapi pasar bebas tersebut, baik di tahun 2015 maupun 2020. Mengapa demikian? Karena dapat kita lihat dan kita rasakan sendiri bahwa kini Ibu Pertiwi sedang dilanda krisis, baik itu krisis ekonomi, krisis budaya, bahkan krisis moral.
           Setiap tahunnya angka pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu meningkat walau sedikit demi sedikit. Namun, pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, korupsi yang semakin merajalela, kenaikan harga BBM dan atau kebutuhan rumah tangga lainnya ikut menyengsarakan sebagian besar warga Indonesia. Kemiskinan masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Urbanisasi penduduk dari desa ke kota-kota besar di Indonesia, khususnya Jakarta memperbanyak jumlah pengangguran dan slum area jika mereka tidak memiliki skill yang mumpuni.
            Di sisi lain budaya Indonesia kian lama kian tergerus oleh arus modernisasi dan westernisasi, atau bahkan koreanisasi yang marak di kalangan remaja. Budaya-budaya asli Indonesia mendapatkan respon yang kurang dari para generasi penerus bangsa ini. Padahal budaya merupakan identitas suatu bangsa, maka sudah seyogyanya kaum muda mengetahui, mencintai dan dapat melestarikan budaya-budaya yang ada di nusantara ini. Jika begini, adanya perdagangan bebas akan semakin memperparah krisis budaya di Indonesia.
            Lalu bagaimana dengan moral dan mental bangsa Indonesia?
Di Negara Barat, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah, harmonis, dan bersahaja. Namun, kini  banyak bangsa Indonesia yang saling menjatuhkan, saling serang, bahkan saling bunuh. Bukan hanya itu, ketidakjujuran, ketidakadilan, keserakahan, dan ketidakdisiplinan semakin melekat dalam diri setiap bangsa Indonesia. Hal ini terus menggerogoti moral bangsa, mulai dari pemerintahnya hingga rakyatnya, termasuk remaja. Jika calon penerus bangsanya belum memiliki moral yang baik, lalu siapa yang mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik?
Mau tidak mau, suka atau tidak, sudah menjadi keharusan bagi pemuda-pemudi Indonesia untuk menyelamatkan Indonesia dari segala keterpurukannya. Indonesia tidak membutuhkan orang pintar, Indonesia membutuhkan orang-orang cerdas. Bukan hanya secara intelektual (IQ), namun kehidupan religius (SQ) dan emosionalnya (EQ). Tiga hal ini harus dimiliki secara seimbang oleh setiap bangsa Indonesia.
Jika Indonesia ingin maju seperti Jepang, atau seperti Singapura yang kecil namun dapat menata segala aspek kehidupannya dengan baik, maka Indonesia harus benar-benar membangun karakter bangsa ini. Kini pemerintah sudah mewajibkan di setiap satuan pendidikan untuk menerapkan ke-18 aspek pendidikan karakter pada setiap siswa-siswinya. Selain itu bangsa Indonesia juga sudah seharusnya  menerapkan 9 prinsip dasar kehidupan, sebagai berikut :
1.      Etika
2.      Kejujuran dan Integritas
3.      Bertanggung jawab
4.      Hormat pada aturan dan hukum masyarakat
5.      Menghormati hak orang lain
6.      Cinta pada pekerjaan
7.      Berusaha keras untuk menabung dan investasi
8.      Bekerja keras
9.      Tepat waktu

Jika ke-9 prinsip kehidupan diatas dapat diterapkan dalam diri setiap bangsa Indonesia, maka tidak ada lagi korupsi, ketidakadilan, bahkan kemiskinan, pengangguran, dan segala permasalahan yang kini melanda Indonesia sedikit demi sedikit akan berkurang atau bahkan  tak akan ada lagi. Dengan demikian Indonesia dapat benar-benar jaya dan merdeka karena sang garuda telah menunjukan kesaktiannya.

Love, It's Like the Narcotics

Sebenernya ini tulisan yang 'tidak layak' saya tulis. Isi tulisan ini hanya sebatas apa yang saya rasakan dan lihat di kehidupan remaja. Mungkin bapak B.J Habibie atau mereka yang pernah merasakan kehebatannyalah yang lebih pantas bercerita tentang hal ini. Tapi ini versi saya. So let's read it, now!
Cinta
Hahaha itulah yang akan saya bahas kali ini.
Apakah itu? Seperti apakah bentuknya? Pernahkah merasakannya?

Stop!
Sebelum dilanjutkan, coba buka pikiran Anda lebar-lebar, jauhkan pikiran bahwa cinta itu hanya antara pria dan wanita (kekasih).
Jujur ini terlalu dini untuk saya bicarakan.
Ketika bertanya, "apa itu cinta?"
apa yang ada di benak Anda?
Berbagai macam jawaban. Bisa sampai satu buku untuk menjelaskannya, atau mungkin tidak dapat dijelaskan?
In my opinion, love is like the narcotics. why? 
Narkotika adalah berbagai macam zat/hal yang bisa membuat orang kecanduan. Orang yang sudah terkontaminasi narkotika akan melakukan apapun demi mendapatkannya. Mulai dari hal masuk akal sampai yang melanggar hukum sekalipun. Ketika barang itu tidak ada, si pemakai akan merasa gusar, hidupnya tidak tenang. Selalu merasa butuh. 

Lalu apa hubungannya dengan cinta?
Contoh kasus :
Selama ini, seberapa sering Anda mengungkapkan perasaan sayang Anda terhadap orang tua? saya yakin jawabannya, jarang.
Lalu, seberapa sering Anda merasa membutuhkan mereka? Jawabannya, in every breathe you take, every steps, every prays, every minutes, every seconds. Bukan hanya kehadiran raganya saja, kita juga membutuhkan saran, doa, dan dukungan dari orangtua (keluarga).Bagaimanapun mereka, mau jelek, cakep, kaya, miskin, galak, cerewet, cuek, kasar, dsb kita akan merasa "butuh".
Itulah cinta. Ketika mereka tiada kita merasa sedih, galau, kecewa, gelisah, dsb.
Ketika cinta itu sudah terbentuk tidak ada alasan untuk mengecewakan dan menyakiti mereka. Bahkan selalu ingin melakukan yang terbaik dan mengukir senyum diwajah mereka. Menerima apa adanya segala keadaan mereka. Tak jarang cinta harus rela berkorban.

love is not a desire, it's our needs to stay alive~

Atasi Ledakan Kendaraan, Pemerintah Harus Adakan Program KB (Kendaraan Berencana)

Thursday, September 18, 2014

Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia tahun 2013 sudah melebihi jumlah penduduk total. Angka ini diperkirakan terus meningkat. Pemerintah kalang kabut mengatur subsidi BBM. Besarnya subsidi BBM dijadikan ladang basah oleh beberapa oknum. Ketika subsidi dicabut rakyat berteriak, katanya pemerintah kehabisan uang, tidak mengerti rakyat, menyusahkan rakyat kecil, dsb. Peraturan plat merah menggunakan pertamax pun tidak benar-benar dipatuhi. Tetap saja ada oknum yang membeli premium, meskipun kendaraannya berplat merah.
Dilansir dari sebuah artikel di situs berita online, detik.com, Kamis (18/09/14), Hanung Budya mengatakan bahwa, "Manusia bisa meninggal, mobil di Indonesia tidak bisa meninggal," saya setuju dengan pernyataan beliau. Bagaimana bisa 'meninggal' jika setiap tahun terus berdatangan mobil-mobil baru ke Indonesia? Jika pemerintah membatasi kuota impor mobil, otomatis para pengusaha akan merugi. 
Bertambahnya jumlah mobil di Indonesia setiap tahunnya, dengan model baru dan terus diperbaharui membuat daya beli masyarakat meningkat. Apalagi dengan adanya program Low Cost Green Car yang sempat ditentang oleh presiden terpilih, Joko Widodo. Karakter bangsa Indonesia yang cenderung konsumtif dan seringkali mengutamakan prestige menjadikan Indonesia sebagai sasaran empuk untuk memasarkan produknya. Pengadaan kredit kendaraan bermotor pun bagaikan jamur tumbuh dimusim hujan.
Fenomena ledakan kendaraan ini tentunya membuat jalan-jalan di sebagian wilayah di Indonesia, terutama pulau Jawa rawan kemacetan. Kemacetan ini bukan hal sepele. Hanya karena macet, setiap harinya Jakarta merugi milyaran rupiah.
Jika kita melihat tingginya pertumbuhan penduduk, lalu pemerintah mengadakan program keluarga berencana, mengapa pemerintah tidak menerapkan cara ini pada ledakan kendaraan saat ini? 
Kendaraan Berencana, dalam pikiran saya setiap keluarga dibatasi hanya boleh memiliki maksimal 2 buah mobil dan atau 2 buah motor. Jika sekarang satu keluarga, Ayah, Ibu, dan 3 anak, memiliki masing-masing sebuah mobil/motor dikalikan seluruh jumlah KK di Indonesia, maka jumlahnya akan amat sangat banyak. Coba apabila, satu keluarga hanya memiliki 2 motor dan atau 2 mobil, maka jumlah mobil dan motor yang turun ke jalanan akan sedikit berkurang. Cara ini harus ditunjang dengan penaikan tarif pajak kendaraan bermotor. Dan juga perbaikan pada seluruh sarana transportasi umum.
Saya tahu, ini bukan sebuah perkara mudah. Akan menimbulkan banyak protes, dan bahkan mungkin kecaman terhadap pemerintah. Tapi jika tidak begitu, apakah 50 tahun mendatang masih akan ada udara bersih untuk generasi kita kelak? Apakah masih akan ada minyak bumi yang dapat ditambang? Apakah bumi ini tidak akan murka jika semua kekayaannya kita gunakan terus-menerus tanpa adanya pertanggungjawaban atas alam yang kita rusak? Masih adakah ruang kosong untuk kita bernafas, jika semua tempat penuh dengan kendaraan? 
Mari kita renungkan bersama.

I need you, Star...

Star...
You know all my secrets, though God knows everything about me.
I share all my happiness and sadness to you
I hope you'll understand me when they wasn't.
I know, this is such a crazy thing i did but I'm glad to do it
I hate Jakarta and its surrounding's night sky, they don't let you to shine
When i'm down, i just need you to cheer me up.
Star..
You are so far, I can't reach you
but you always there to see me.
I just wanna scream loudly
I don't know who can I talk with
I can't see you last night. I hate that.
Nobody here, star.
when the tears was shedding, I only need to see you, to calm me down
Don't you ever leave the sky.
I need you...
Just shining in the dark sky, It'll make me happier to see your gorgeous light

Ketika Hidup Masih Harus Berjalan [cerpen]

Sunday, September 14, 2014




Riak air danau nan tenang semakin sempurna diterpa hangatnya sinar mentari sore. Semilir angin menyentuh tubuh mungilnya dengan lembut. Rambut hitamnya diikat asal-asalan sehingga menyisakan rambut disekitar leher. Cantik. Begitulah Alena, sederhana namun memesona.
Danau itu begitu teduh dengan pepohonan disekelilingnya. Alena bersandar pada sebuah pohon akasia di sebelah barat danau. Matanya mengitari setiap sudut danau. Apa yang ia lihat seolah meresonansi pikirannya, memutarkan kembali cuplikan-cuplikan kisahnya bersama Glen. Danau ini menyimpan banyak rahasia dan kisah hidupnya. Danau ini tempat pelariannya, mencurahkan segala suka duka dan keluh kesahnya. Namun, kini semua tampak memilukan. Bayangan-banyangan Glen terus muncul tak terkendali.
"Alena! kamu kusut banget sih, kucel pula kayak kuli panggul di pasar tau. Hahaha" Ejekan Glen seperti itu tak akan pernah Alena lupakan. Nyaris semua orang memuji kepintaran dan kemolekannya, tapi Glen tidak. Dia seringkali mengumpan emosi Alena dengan ejekan-ejekannya. Seperti anak-anak, namun diam-diam Alena suka. 
Disebelah selatan danau ada sebuah ayunan yang terbuat dari ban. Ayunan itu sering Glen gunakan. Tak jarang Alena menarik Glen yang ada di ayunan dan mendorongnya keras-keras. lalu Glen berteriak keras-keras, "Alenaaaaa! Aku takut, Len. Aaaaaa mamaaaaa. Turuuuun...turuuun..mamaaaaaa..." Suara itu terus terngiang-ngiang ditelinganya.
Rasa sakit itu kembali datang, sakit yang tak akan ada obatnya. Rintihannya tiada berarti lagi. Tak ada orang yang bisa menolongnya, kecuali dia sendiri. Hatinya berkecamuk, bercampur rindu yang sudah tak tertampung lagi.
Pelupuk matanya terasa panas, tak terasa air mata mengalir membasahi pipinya.
"Lena...." tiba-tiba suara itu mengejutkannya. Alena cepat-cepat mengusap air matanya, ia menoleh ke arah datangnya suara itu.
"Kia..?" sahutnya lirih.
"Ngapain disini? Glen lagi?"
Alena tidak menjawab. Matanya memandang ke atas jingganya langit sore.
"Len, Glen udah gak ada. Lo harus ikhlasin dia, Len. Sampe kapan lo kayak gini? ini udah tiga tahun, Glen juga pasti sedih kalo lo gini terus, Len." 
Kia duduk disebelah Alena. Memandang gadis itu penuh kasih.
"Lo tuh cantik, Len. Banyak yang suka sama lo, termasuk..."
"Termasuk lo? Maaf, Ki. Lo gak usah sok tau. Lo gak pernah ngerasain jadi gue. Lo gak tau rasanya kehilangan, apalagi ketika semuanya tinggal selangkah lagi gue dan dia itu bersatu.Lo gak tau..." Alena tak kuat menahan emosinya, air matanya tak tertahankan lagi.
"Maaf, Len. Gue cuma gak mau lo sedih terus. hidup lo masih panjang."
"Makasih buat perhatian lo selama ini. Maaf gue gak bisa ngebales apa yang lo kasih." sahut Alena tegas.
Kia hanya dapat tersenyum kecut. Ia mengerti bahwa gadis yang telah lama ia sayangi ini masih tidak bisa merelakan kepergian Glen. 

Alena, Alena, Alena...gue sayang sama lo sebelum Glen. sebelum cowok itu ngerebut perhatian lo. sejak kita masih putih biru. Alena gue sayang banget sama lo. Batinnya. 
Alena mengalihkan pandangannya pada Kia.
"Ki, lo tau kenapa gue sampe gini padahal gue dan dia gak pernah jadian?"
Kia menggeleng pelan.
"Karena...dia gak  menilai kelebihan gue doang, dia berani bilang kekurangan gue. Dia gak pernah bilang sayang sama gue, tapi...apa yang dia lakuin, perhatiannya, semuanya dia lakuin tanpa syarat. Mulut dia mungkin gak berani berucap, tapi tatapannya dan tindakannya cukup menggambarkan perasaannya."
Kia terkejut. Ternyata begitu dalamnya cinta mereka meskipun mereka saling memendam perasaan masing-masing.
"Saat itu gue tau Glen mau ke rumah gue, polisi nemunin satu buket bunga mawar putih sama boneka beruang. Ada sepucuk surat yang ditujukan buat gue. Dia nelpon Joni buat minta saran gimana cara ngilangin grogi kalo nembak cewek, tapi pas dia telpon...tiba-tiba ada truk yang nabrak dia dari arah berlawanan. Semuanya hancur. Mobilnya, badan Glen, dan terlebih hati gue, Ki." lanjutnya.
Sekarang Kia mengerti bagaimana perasaan Alena. Sedikitnya dia tidak terlalu menggebu-gebu lagi untuk memiliki gadis mungil itu.
"Len, lo boleh sayang Glen selamanya. Tapi bukan berarti lo harus berkubang dalam semua kepahitan ini. Lo harus bisa keluar dari semua ini. Bangun, Alena. The world is waiting for you." kata Kia sambil terus menatap Alena lekat-lekat.
Alena tersenyum.
"Thanks. Gue butuh sedikit waktu lagi, Ki."

I hope you're in His side. Thanks a lot for all your sincerity. Though we were not be together in this world, but I was so glad to be with you. Glen, i want to share my life and my heart to a man who loves me like you. Will you allow me to take someone else into my life? Glen...I adore you

***


KUNINGAN VS DEPOK

Tuesday, September 09, 2014

Karena setiap cerita memiliki latar, maka setiap tempat memiliki cerita - Veronika
Karena mengejar cita-cita, sampailah saya di sebuah kota yang letaknya berdampingan dengan Jakarta Selatan, yaitu Depok. Pindah dari sebuah kampung ke kota. Semoga gak kampungan,ya? Hahaha
Serius nih, saya berasal dari desa Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Sebuah desa yang terletak dikaki gunung tertinggi di Jawa Barat, Gunung Ciremai (3728 mdpl). Bisa dibayangkan betapa sejuknya disana. Udaranya sejuk jauh dari polusi, airnya bersih, pemandangan alamnya juga top banget deh. Tak heran banyak tempat-tempat wisata alam di Kuningan, seperti Palutungan, waduk Darma, Cibulan, si Domba, terapi ikan, dsb. Dilahirkan dan dibesarkan disana adalah sebuah kebanggaan. Unsur budaya sunda masih kental disana. Masih ada upacara Seren Taun (upacara ujud syukur atas panen) yang kental dengan budaya sunda dan masyarakatnya pun masih berahasa sunda.  
Walaupun betah tinggal di Kuningan dengan segala kenangan dan keindahannya, saya tetap harus pindah ke Depok. Bukan hanya saya, tapi sebagian lulusan SMA yang ada di Kuningan melanjutkan pendidikan ke luar daerah. 

Selamat tinggal Kuningan beserta seluruh isinya... 
Depok, aku datang. Semoga betah dan menyenangkan tinggal disini.

Kata-kata itu saya ucapkan tepat satu bulan lalu saat pindah ke Depok. Hingar bingar khas perkotaan sudah tercium ketika mobil melaju dari arah Lenteng Agung menuju Margonda. Jalan yang tidak pernah sepi. Jangtung kota Depok, disanalah saya tinggal. Dari ujung ke ujung terpampang banyak pertokoan, mall, bank, kampus, restoran, dll. Rasanya hanya sedikit tempat yang banyak pepohonannya, rata-rata didominasi bangunan. Jauh berbeda dengan Kuningan.
Akses kemana-mana sangat mudah, ada angkot, KRL, dan bus yang siap mengantar kita kemanapun. Mau nonton film? Banyak bioskop. Mau makan? Dari yang harga ribuan sampai ratusan ribu rupiah ada disini. Mau belanja? tinggal pilih Mall yang mana. 
Mau lihat bintang?
DEG! Itulah yang tidak ada disini. Langit malam tertutup polusi udara yang tebal sehingga hanya ada sedikit bintang yang bisa terlihat, bahkan seringkali tidak ada sama sekali. Dan itu sangat amat menyebalkan! Depok punya semua yang tidak ada di Kuningan, tapi yang tidak ada di Depok ada semua di Kuningan. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Keduanya saksi bisu perjalanan hidup saya.

DREAMS

Sunday, August 31, 2014



If  you have a dreams, you know where you will step
If you have a faith, you know who you will thanks to
-veronika-

when I woke up in the morning,
The window said, "Wake up! there's so many valuable things you have to see. The world is waiting for you."
I saw the roof, "Reach your dreams as high as the stars" said the roof.
and the clock scream loudly, "Hey! Don't waste your time!"
"A second is never back! Don't wait for tomorrow!" said the calendar
The wall said, "Before you go, you have to be strong. Don't be a looser!"
and then the mirror said, "Before you act, look down yourself first."
When I wanted to leave my room,
"Don't you ever forget to thanks to Him, who gives you a chance to life today." said the cross.

Instan-Telegram : INSTAGRAM

Thursday, August 28, 2014


Logo apakah ini?
Right!.... INSTAGRAM

  • Apa sih Instagram?
Instagram, secara harafiah berasal dari kata instan (diambil dari kamera polaroid yang dulu disebut kamera-instan) dan kata telegram (penghantar informasi yang cepat). Karena itulah Instagram menyediakan fitur-fitur photo editing yang hasilnya seperti kamera polaroid, terkesan vintage namun menarik. Aplikasi yang dirancang untuk membagikan foto dan video ini dibuat oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger, dirilis perdana pada 6 Okober 2010. Kini pengguna Instagram kurang lebih 200 juta pegguna di seluruh dunia (data 2013). Dari tahun ke tahun pengguna Instagram terus meningkat seiring dengan munculnya smartphone murah di pasaran. Aplikasi yang tengah digandrungi banyak kalangan ini memang hanya bisa diakses melalui smartphone Android, iOS, dan Windows Phone secara daring.

  • Lalu, apa saja manfaat Instagram ini?
Tidak mungkin penggunanya meningkat jika media sosial satu ini tidak memiliki manfaat. Berikut adalah manfaat Instagram dalam beberapa aspek ;
  1. ASPEK SOSIAL
Fungsi utama Instagram adalah untuk berbagi foto dan video kepada publik, tentunya hal ini sangatlah berguna bagi mereka yang ingin berbagi setiap peristiwa dalam bentuk foto. Cara mengakses yang mudah menjadikan orang ketagihan menggunakan Instagram, apalagi mereka yang terjangkit virus-virus "narsisme". Selain itu Instagram dapat membantu para penggunanya untuk sekedar mendapatkan informasi walaupun hanya dalam bentuk foto dan video. Misalnya, mengikuti akun salah satu selebritis atau orang ternama lainnya.
Sambil menyelam minum air. Itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan akun-akun Instagram yang bisa mengadakan challenges sembari penggalangan dana.

    2.   ASPEK EKONOMI
Maraknya online shops menjadikan Instagram sebagai sarana untuk jual beli, tak kalah menarik dengan website yang membutuhkan biaya cukup besar untuk membuatnya. Jauh lebih hemat karena Instagram merupakan Freeware yang dapat diunduh secara gratis di Apple App Store, Google Play, atau pun di Windows Phone Store. Banyak orang mengunggah foto-foto produk mereka ke Instagram, seperti pakaian, aksesoris, sepatu, mainan anak-anak bahkan produk makanan. Cara ini dinilai efektif karena tidak membutuhkan banyak waktu untuk mendapatkan pembeli, lebih ekonomis, dan pangsa pasarnya bisa lebih luas lagi. 

   3.  ASPEK MODE (FASHION)
Karena telah mendunia, maka tak heran jika kita dapat mengikuti akun-akun selebritis, maupun model-model internasional. Disanalah kita akan melihat berbagai trend mode dunia saat ini.

   4.  ASPEK PARIWISATA
Banyak akun-akun Instagram yang khusus mempromosikan foto-foto suatu tempat wisata, berikut hotel dan akomodasi lainnya. Ini sangat membantu pengguna lain untuk mendapatkan informasi seputar tempat wisata yang akan mereka kunjungi.

   5.  ASPEK RELIGI DAN PSIKOLOGI
Sekarang ini kita dapat melihat bahwa para ustadz, pendeta, ataupun pastor berkhotbah bukan hanya di rumah ibadah, tetapi juga melalui media sosial.  Hal ini ditempuh karena banyak umat yang lebih sering membuka media sosial daripada kitab sucinya. (Apakah kalian salah satunya?)
Selain para pemuka agama, kini para motivator ternama pun lebih sering menggunakan Instagram untuk mengunggah motivasi-motivasinya dalam bentuk visual yang lebih menarik.

  6.  ASPEK POLITIK
Baru-baru ini pemilihan legislatif dan pemilihan presiden telah digelar. Media sosial dianggap sebagai media yang efektif dan efisien untuk berkampanya,  Instagram pun diramaikan dengan kampanye berbagai partai dan calon presiden kala itu.

  • Kalau yang diatas semua positif, lalu apa saja dampak negatif dari Instagram?
Jadi selain banyak manfaatnya ternyata kerugiannya juga tak kalah banyak lho, coba deh kita lihat satu per satu.
1. Menimbulkan "narsisme" berlebihan yang lebih condong menjadi pamer materi/kekayaan;
2. Menimbulkan sikap konsumtif;
3.Penipuan-penipuan dari online shop tak bertanggung jawab yang meresahkan masyarakat;
4. Menjadi lupa waktu, malas belajar, bahkan cenderung anti sosial jika sudah benar-benar ketergantungan;
5. Menimbulkan sikap imitasi berlebihan terhadap tokoh idola, tidak menerima diri apa adanya;
6. Cybercrime
7. Maraknya konsumsi foto-foto berbau pornografi yang dapat diakses oleh siapapun;
8. Black campaign yang bisa memecah persatuan dan kesatuan bangsa.


Nah, apakah kalian sudah menjadi pengguna yang baik? 
Saya percaya bahwa satu hal yang tidak akan penah mengalami kemunduran adalah TEKNOLOGI. Inovasi-inovasi teknologi akan terus berkembang, perubahan-perubahan akan terus terjadi. Ada sisi positif dan ada pula sisi negatif, maka sudah seyogyanya kita menjadi pengguna yang bijak, kritis, dan cerdas dalam menyikapi segala hal baru.  

***

Referensi :
http://en.wikipedia.org/wiki/Instagram 
http://www.dailymail.co.uk











Kepada Jarak dan Waktu Aku Menitipkan Rindu

Tuesday, August 26, 2014

Orang-orang berlalu-lalang dengan tas-tas besar, ransel, maupun kardus, mencari-cari parkiran bus yang hendak membawa mereka ke kampung halaman. Disanalah aku, di Terminal Bekasi, di hari ke-2 lebaran. Berjalan menyusuri deretan bus, mencari sebuah bus yang akan membawaku ke tempat dimana aku bisa kembali melihatnya. Tak terlalu sulit kutemukan bus Prima Jasa jurusan Bekasi-Bandung, tanpa berpikir panjang aku berpamitan dengan sepupuku yang mengantarku saat itu. Aku berjalan memasuki bus dengan sebuah tas dan kardus ditanganku. Seandainya ada kamu. Mungkin aku tak akan berdesak-desakan seperti ini. Akhirnya, aku menemukan kursi yang kosong. Akhirnya aku duduk dekat jedela. Aku melihat sekelilingku, orang-orang dengan barang bawaan yang ringkih terus berdatangan mencari tempat duduk, sebagian ada yang terpaksa berdiri. Tak lama bus pun melaju meninggalkan terminal. Seorang bapak duduk disebelahku. 
Aku tak berinteraksi dengan siapapun saat itu, ada semacam ketakutan dalam diriku. Pertama kalinya aku bepergian naik bus ekonomi sendirian, dan rasanya enggan mengulang kedua kalinya. Aku sibuk memainkan ponsel, mencoba membangunkannya yang masih terlelap kala itu. Rasa tak nyaman dengan situasi saat itu ditambah dengan rasa rindu yang tk tertahankan lagi menjadi satu kala itu. Ratusan kata I Miss You hanya dapat dilayangkan lewat pesan-pesan singkat. Raga yang biasanya selalu ada kini harus terpisah karena jarak. Biasanya kami menghabiskan waktu bersama bahkan sampai malam pun dia masih betah dirumahku. Pernah kami mulai dari lari pagi sampai melakukan banyak hal seharian bersama-sama. Tapi, sekarang? Sudah hampir 2 bulan tidak pernah bertemu secara fisik. SMS dan telepon adalah sarana kami berkomunikasi. Tapi itu semua tidaklah cukup. Ya, beginilah yang namanya long distance relationship, ada sebuah celengan yang selalu kami isi dengan satu kata yang amat meresahkan, yaitu "rindu". Bukanlah hal yang sepele, ketika kita merindukan seseorang yang amat kita cintai. FYI, untuk bertemu bukanlah perkara yang mudah dalam suatu hubungan jarak jauh.
Setelah perjalanan hampir 4 jam, akhirnya sampai juga di terminal Leuwi Panjang. Dia sudah menunggu kira-kira 1 jam. sengaja, karena terminal itu sangat asing bagiku, dan ini baru kali kedua aku kesana setelah 4 tahun yang lalu. Bus tiba di dalam parkiran bus luar kota. Aku berdiri, mengambil ranselku, dan mengambil kardus yang ada di bagasi atas. Pandanganku mengular keluar, mencari-cari pria itu. TADAAAAAA!!! Dia tersenyum ketika memergoki aku sedang celingukan sambil kerepotan membawa barang-barangku. Aku membalas senyumnya. Begitu bahagia melihatnya lagi. Aku segera turun dari bus, menghampirinya. Sempat sedikit canggung karena sudah cukup lama tidak berrtemu secara fisik. Namun dalam hitungan menit semuanya seperti dulu lagi saat kita menghabiskan hari-hari bersama.
Hanya kurang lebih 8 jam saja kita bertemu. Pergi ke mall, membeli kado untuk ponakanku, makan, dan sisanya kami habiskan untuk sekedar ngobrol di teras atas rumah kakaknya. Alam sangat mendukung, bintang-bintang bermuculan walaupun hari belum terlalu malam. Hanya sedikit, tapi kehadiran mereka sangat berarti, sama seperti kehadirannya dalam hidupku. Pukul 9 malam kami sudah tiba di rumah tanteku, aku menginap disana. Pukul 2 subuh aku pulang ke Kuningan naik travel. Begitu berat rasanya ketika dia berpamitan pulang setelah berbincang-bincang dengan tanteku. Walau masih ada setumpuk rindu, tapi kita memang harus terpisahkan oleh sang jarak dan waktu. Bukan hanya kala itu, tapi sekarang, dan mungkin seterusnya entah sampai kapan ini harus terus dijalani. Bukan sebuah tembok penghalang, jika kita benar-benar mencintainya. Apapun dapat diperjuangkan, apabila dia pantas untuk diperjuangkan.

VDM

(well, seharusnya cerita ini udah di posting bulan lalu, tapi karena beberapa kegiatan yang cukup menguras waktu, baru sempet sekarang dipublikasikan.)


SAHABAT SEJATI

Sunday, August 10, 2014

Aku hitam
Dia biru
Yang lain merah

Aku "dua"
Mereka "satu"

Aku tertawa
Mereka tertawa

Aku menangis
Mereka menangis

Aku bahagia
Mereka bahagia

Aku sedih
Mereka sedih

Aku,
dia,
dan dia
kami bertiga
dimulai dari putih merah
berbagi hidup, berbagi cerita,
berbagi cinta...

cinta diantara tiga gadis,
berbeda orang tua, karakter, kebiasaan, dan cita-cita.
namun, perbedaan selalu memberikan warna diantara kami

jika manusia, usia 12 tahun termasuk anak-anak
namun, 12 tahun bagi kami adalah waktu yang amat berharga
menghabiskan masa kecil sepuasnya bersama,
begitupun ketika remaja,
namun ketika beranjak dewasa kita tak bisa seperti dulu lagi

cita-cita dan tujuan hidup
itulah mungkin yang membuat kita terpisah
jarak kerap kali menjadi peghalang
tapi ada sebuah keyakinan dan harapan
Alpa dan Omega, Awal dan akhir
kuharap tak ada Omega yang datang kelak,

Jika pertama ku lihat mereka ketika kanak-anak,
maka aku ingin terakhir melihat mereka ketika akhir hayatku,
nanti...Sahabat sejatku.




PENDIDIKAN MEMBANGUN BANGSA, MEMAJUKAN NEGARA (repost from my facebook's note)

Saturday, July 26, 2014

lagi dan lagi menemukan fenomena seperti ini.
Rabu, 23 Juli 2014 kemarin saya pergi ke Depok untuk mencai kosan. Singkat cerita, saya akan pulang lagi ke rumah tante di Gunung Putri, Bogor, dengan menumpang angkot dari Margonda kami pun sampai di terminal Kampung Rambutan. Kemudian kami naik angkot D 121 A yang baru ada 2 orang penumpang didalamnya. Setelah sekitar 10 menit di dalam angkot yang masih "ngetem" tiba-tiba ada seorang anak kecil (perempuan) usianya sektar 7 tahun masuk kedalam angkot. Saya yang duduk di pojok tidak terlalu mennghiraukan kehadirannya, namun ketika dia menyodorkan selembar kertas yang bertuliskan "Selamat Lebaran 1435 H" saya terkejut. Setelah diamati ternyata itu adalah amplop kecil yang didesain sedemikian ruma supaya terlihat lebih menarik (tempat angpao). Semua orang di dalam angkot itu merogoh saku dan dompetnya dan menyisipkan uang kedalamnya. Tak ada kata yang terucap dari bibir mungilnya. kami para penumpang angkot memberikan lagi amplop-amplop itu. Penumpang yang lain saling bersautan "kasihan ya, bu?", "wah, padahal masih kecil" , saya hanya diam sambil mengamati anak malang itu. Anak itupun turun dari angkot, saya membuka jendela dan berteriak "de, kamu sekolah gak?" , dia tidak bersuara. Namun, gelengan kepalanya mengisyratkan bahwa dia tidak sekolah. Jawaban itu memang sudah tidak asing lagi, terlalu banyak anak seperti adik kecil tadi. 
Tak lama angkot pun berangkat membawa kami ke tujuan masing-masing. Setelah melewati Cibubur, kami masuk daerah Ciangsana. Jalannya sedikit rusak hingga angkot berjalan lambat. Kemudian angkot berhenti, seorang penumpang naik. Bukan seorang Bapak, atau pun Ibu, atau pun remaja, melainkan seorang anak laki-laki yang saya perkirakan umurnya sama seperti anak kecil di terminal tadi. Anak ini berpakaian lusuh, badannya terlihat kotor, ia membawa sebuah karuung kotorr yang cukup besar dan entah apa isinya. 
Tante saya bertanya dimana rumahnya, ia bilang di Vila 3. Tempat itu adalah perumahan yang setahu saya tidak ada rumah yang jelek, mungkin anak ini hanya pencitraan agar dikasihani. karena hal demikian sering terjadi. Ternyata tidak, setelah ia turun (tanpa membayar ongkos karena sopir angkotnya pun merasa kasihan) si sopir angkot tiba-tiba angkat bicara "itu kasihan bu kalau malam tidurnya di pos satpam di vila, ibunya sudah meninggal". ternyata sopir ini memang sering ditumpangi anak tersebut, ia tak keberatan, bahkan ia bercerita sesekali ia memberi anak itu sedikit uang. Betapa malangnya hidup anak itu, seharusnya dia masih ada dalam keluarga hangat yang menyanyanginya, masih bermain seperti anak lainnya, dan masih sekolah. seharusnya. 
Saya berdecak kagum pada anak itu, ia tidak mengemis, ia bekerja semampunya untuk tetap hidup. Saya amat bersyukur karena Tuhan memberikan saya keluarga yang utuh, perhatian dan penuh cinta. Lepas dari hal itu apa yang saya saksikan memang amat memilukan. tidak sedikit anak kecil terpaksa
 bekerja seperti itu, poin pentingnya adalah mereka tidak sekolah. bagaimana bisa suatu bangsa maju apabila benih-benih penerusnya terpaksa dipanen lebih dini? kapan padi itu akan menguning bernas dan menghasilkan beras unggul? ini adalah pekerjaan rumah pemerintah dan kita semua bangsa Indonesia. Pendidikan adalah salah satu pondasi suatu bangsa. 

#SelamatkanAnakBangsa

Veronika Dina

Kisah Inspiratif Seorang Wanita Pengemudi Taxi

Monday, July 07, 2014

*tuuuut...tuuuuut..* suara klakson taxi di depan rumah berbunyi kembali.
Hari itu, 5 Juli 2014 saya berserta sepupu (Anna), keponakan (Dara), dan kedua tante saya (Tante Umi dan Tante Nani) akan pergi ke Jakarta Fair Kemayoran. (well, disini saya bukan mau mencritkan tentang JFK)
"sebentar Pak!" ujar tante Nani.
Kami memang sengaja memanggil taxi ke rumah yang bertempat di perumahan Bumi Mutiara, Gunung Putri, Bogor dikarenakan tidak ada kendaraan pribadi yang cukup untuk membawa kami semua menuju Jakarta.
Singkat cerita kami semua masuk kedalam taxi. Saya duduk di kursi depan, langsung memakai seat belt, namun ketika saya tengah memakai sabuk pengaman tersebut alangkah terkejutnya saya melihat si supir ternyata bukanlah seorang pria melainkan seorang wanita sekitar 50th-an yang berwajah oriental. Seoranng wanita menekuni pekerjaan sebagai supir angkutan umum memang sudah sering kita temui di kota-kota besar.
Setelah bertanya jawab dengan kedua tante saya, ternyata beliau adalah seorang pensiunan perusahaan asing (Jepang) yang dulunya bekerja di bagian finance. Ibu Nana Tan Wijaya ini asli Cirebon, Jawa Barat. Namun semasa remaja ia hidup di Jakarta, dan kuliah di Universitas Padjajaran. Selepas kuliah ia berkeliling dunia bersama pacar yang sekarang menjadi suaminya tersebut, hal ini disebabkan suaminya bekerja di Petronas dan sering ditugaskan ke luar negeri. Sekarang suami Bu Nana tinggal di Malaysia, mereka sudah memiliki dua orang anak. Anak pertamanya perempuan, baru saja lulus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, dan anak bungsunya masih berkuliah di Univesitas Padjajaran Jurusan Akuntansi . 
Dengan cerita beliau seperti itu, ada pertanyaan yanng terlintas dibenak saya. 
"Ibu, maaf kalau boleh tau apa alasan ibu jadi supir taxi?"
Beliau tersenyum. 
"saya menyukai mesin dan otomotif, jadi dari dulu saya tidak pernah bisa mengerjakan perkerjaan rumah tangga." jawabnya singkat.
Saya terdiam, enggan untuk bertanya lagi. 
"Hidup bukan untuk mencari materi saja, saya punya pensiunan 1,3 M karena saya mengabdi selama 30 tahun di perusahaan itu. Coba anak sekarang kalau kerja paing 2-5 tahun sudah bosan. Ya kalau jadi orang jangan cepat puas dengan apa yang kita dapat. Saya biasa bekerja keras tiap hari. Saya takut saya jadi pikun, makanya saya mencari pekerjaan yang sesuai hobi saya."
saya terkejut mendengar perkataan beliau. Dibalik tubuhnya yang mungil ternyata Ibu ini seorang wanita mandiri, pekerja keras, dan tegas memilih jalan hidupnya.
Ia tidak merasa malu menjadi supir taxi walaupun  ia seorang sarjana, dan pernah bekerja di perusahaan asing. Beliau benar-benar memanfaatkan talentanya, bukan menguburnya bersama usia yang terus menua. karena bagi Ibu Nana selagi masih sanggup bekerja, usia bukan halangan unutuk berkarya.
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS