Pages

Kepada Jarak dan Waktu Aku Menitipkan Rindu

Tuesday, August 26, 2014

Orang-orang berlalu-lalang dengan tas-tas besar, ransel, maupun kardus, mencari-cari parkiran bus yang hendak membawa mereka ke kampung halaman. Disanalah aku, di Terminal Bekasi, di hari ke-2 lebaran. Berjalan menyusuri deretan bus, mencari sebuah bus yang akan membawaku ke tempat dimana aku bisa kembali melihatnya. Tak terlalu sulit kutemukan bus Prima Jasa jurusan Bekasi-Bandung, tanpa berpikir panjang aku berpamitan dengan sepupuku yang mengantarku saat itu. Aku berjalan memasuki bus dengan sebuah tas dan kardus ditanganku. Seandainya ada kamu. Mungkin aku tak akan berdesak-desakan seperti ini. Akhirnya, aku menemukan kursi yang kosong. Akhirnya aku duduk dekat jedela. Aku melihat sekelilingku, orang-orang dengan barang bawaan yang ringkih terus berdatangan mencari tempat duduk, sebagian ada yang terpaksa berdiri. Tak lama bus pun melaju meninggalkan terminal. Seorang bapak duduk disebelahku. 
Aku tak berinteraksi dengan siapapun saat itu, ada semacam ketakutan dalam diriku. Pertama kalinya aku bepergian naik bus ekonomi sendirian, dan rasanya enggan mengulang kedua kalinya. Aku sibuk memainkan ponsel, mencoba membangunkannya yang masih terlelap kala itu. Rasa tak nyaman dengan situasi saat itu ditambah dengan rasa rindu yang tk tertahankan lagi menjadi satu kala itu. Ratusan kata I Miss You hanya dapat dilayangkan lewat pesan-pesan singkat. Raga yang biasanya selalu ada kini harus terpisah karena jarak. Biasanya kami menghabiskan waktu bersama bahkan sampai malam pun dia masih betah dirumahku. Pernah kami mulai dari lari pagi sampai melakukan banyak hal seharian bersama-sama. Tapi, sekarang? Sudah hampir 2 bulan tidak pernah bertemu secara fisik. SMS dan telepon adalah sarana kami berkomunikasi. Tapi itu semua tidaklah cukup. Ya, beginilah yang namanya long distance relationship, ada sebuah celengan yang selalu kami isi dengan satu kata yang amat meresahkan, yaitu "rindu". Bukanlah hal yang sepele, ketika kita merindukan seseorang yang amat kita cintai. FYI, untuk bertemu bukanlah perkara yang mudah dalam suatu hubungan jarak jauh.
Setelah perjalanan hampir 4 jam, akhirnya sampai juga di terminal Leuwi Panjang. Dia sudah menunggu kira-kira 1 jam. sengaja, karena terminal itu sangat asing bagiku, dan ini baru kali kedua aku kesana setelah 4 tahun yang lalu. Bus tiba di dalam parkiran bus luar kota. Aku berdiri, mengambil ranselku, dan mengambil kardus yang ada di bagasi atas. Pandanganku mengular keluar, mencari-cari pria itu. TADAAAAAA!!! Dia tersenyum ketika memergoki aku sedang celingukan sambil kerepotan membawa barang-barangku. Aku membalas senyumnya. Begitu bahagia melihatnya lagi. Aku segera turun dari bus, menghampirinya. Sempat sedikit canggung karena sudah cukup lama tidak berrtemu secara fisik. Namun dalam hitungan menit semuanya seperti dulu lagi saat kita menghabiskan hari-hari bersama.
Hanya kurang lebih 8 jam saja kita bertemu. Pergi ke mall, membeli kado untuk ponakanku, makan, dan sisanya kami habiskan untuk sekedar ngobrol di teras atas rumah kakaknya. Alam sangat mendukung, bintang-bintang bermuculan walaupun hari belum terlalu malam. Hanya sedikit, tapi kehadiran mereka sangat berarti, sama seperti kehadirannya dalam hidupku. Pukul 9 malam kami sudah tiba di rumah tanteku, aku menginap disana. Pukul 2 subuh aku pulang ke Kuningan naik travel. Begitu berat rasanya ketika dia berpamitan pulang setelah berbincang-bincang dengan tanteku. Walau masih ada setumpuk rindu, tapi kita memang harus terpisahkan oleh sang jarak dan waktu. Bukan hanya kala itu, tapi sekarang, dan mungkin seterusnya entah sampai kapan ini harus terus dijalani. Bukan sebuah tembok penghalang, jika kita benar-benar mencintainya. Apapun dapat diperjuangkan, apabila dia pantas untuk diperjuangkan.

VDM

(well, seharusnya cerita ini udah di posting bulan lalu, tapi karena beberapa kegiatan yang cukup menguras waktu, baru sempet sekarang dipublikasikan.)


No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS