Pages

Maukah Kau Menjadi Pelita?

Sunday, July 12, 2015

Ambilah sebuah kertas asturo hitam. Bentangkan! Lihatlah, hanya warna hitam yang kau lihat. Coba ambilah sebuah correction pen, buatlah satu titik di manapun di atas kertas asturo hitammu. Lihatlah kertas itu secara keseluruhan. Bukankah matamu akan tertuju pada titik putih itu?
Setitik ditengah kegelapan terlihat lebih menarik perhatian. Namun, bisa saja ia menjadi abu-abu, memudar kemudian menyerupai sang hitam.
Kau, ya dirimu yang membaca tulisan bodoh ini. Maukah kau menjadi setitik cahaya di tengah gelapnya dunia? Bukankah ketika gelap kita mencari pelita? Bukankah terang selalu menghadirkan keindahan yang memanjakan mata? Bagaimana jika kau buta? Kau juga ingin melihat bukan? Tapi sayang, dunia yang kelak kau lihat terlalu gelap. Terlalu berbahaya hingga kau harus berhati-hati.
Aku berterima kasih kepada matahari yang mengiringi kehidupan ini, tapi mungkin kelak ia akan lelah berpijar. Sayang, cahayanya tak kan bisa menerangi titik terdalam hati makhluk berdosa seperti kau dan aku.
Kita takut menjadi putih di tengah hitam, tapi suka menjadi hitam di tengah putih.
Sungguh keliru. Ya, dunia ini mulai keliru.
Yang putih bisa menghitam, namun hitam tak kan memutih. Manusia punya keduanya. Sisi hitam dan putih. Keduanya bak kedua sisi koin yang tak bisa dilepaskan. Namun sisi manakah yang akan kau tunjukkan? Ataukah kau lebih suka bertopeng?
Dunia ini terlalu luas, kejam, dan gelap untuk kau bisa berdikari. Apakah yang kau cari? Apa yang kau ingini?
Seperti apakah manusia sebenarnya? Bukankah kata leluhur, kita ini makhluk paling sempurna yang lebih daripada binatang dan tumbuhan? Tapi, jika manusia seperti kita membunuh anaknya bukankah mereka lebih kejam dari seekor singa? Jika manusia korupsi bukankah mereka lebih menjijikan daripada seekor tikus got? Jika manusia memfitnah bukankah mereka lebih licik daripada seekor ular?
Pembuatan-perbuatan itu tak lain adalah sebuah warisan turun temurun dari pendahulu kita. Jika manusia sebelum kita ingin dunia ini terang benderang, mereka akan berdiri sebagai setitik cahaya. Tapi, sudah ku bilang, dunia ini terlalu kejam. Setitik cahaya yang diikuti titik-titik lainnya bisa padam karena hembusan angin. Seketika gelap gulita. Mampukah untuk kembali bercahaya? Atau kau bersembunyi bersama hitam lainya?  Karena hitam tak bisa memutih, maka jagalah cahaya itu walau setitik. Kau pikir itu tak ada artinya, namun setitik lebih menarik daripada semuanya hitam dan gelap. Kau pikir itu sulit, tapi perjuanganmu kan sebanding dengan upahmu kelak. Bukankah bintang di langit pun tak pernah menjadi besar untuk terlihat indah? Karena setitik,nan cantik jauh lebih berarti. Be different!
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS