Pages

Eksistensi Bahasa Sunda di Era Modern

Saturday, November 16, 2013

Oleh : Veronika Dina Maryani

Bangsa Indonesia merupakan masyarakat multikultural. Keberagamannya ini membuat Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kaya raya akan budaya. Dari Sabang hingga Merauke memiliki budaya yang beraneka ragam dan memiliki cirri khas masing-masing. Karena beragamnya suku bangsa dan budayanya maka munculah bahasa yang berbeda-beda di setiap daerahnya. Salah satu bahasa daerah yang cukup eksis di Indonesia adalah bahasa Sunda. Bahasa Sunda termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia yang berasal dari cabang Melayu-Polinesia.
Dewasa ini penggunaan bahasa Sunda semakin hari penuturnya semakin surut, khususnya di kalangan remaja. Mereka cenderung berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Modernisasi memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap eksistensi bahasa Sunda. Jakarta sebagai pusat pemerintahan, perekonomian dan pembangunan menjadi pusat perhatian tersendiri bagi masyarakat. Mulai dari model pakaian, gaya hidup serta bahasanya banyak ditiru oleh masyarakat di luar Jakarta. Berkembangnya  bahasa seperti “loe” dan “gue”  kini sering kita dengar sekalipun kita berada di tatar Sunda seperti Bandung, Bogor, Cirebon atau daerah lainnya. Penggunaan bahasa slang seperti itulah yang mengikis minat urang Sunda untuk bertutur dalam bahasa daerahnya sendiri.
Banyak kaum muda yang merasa malu, kuno dan merasa kurang percaya diri ketika menggunakan bahasa Sunda. Meskipun masih ada penuturnya, namun kebanyakan tidak tahu tata bahasanya. Mereka cenderung berbicara dengan bahasa yang kasar dan tidak tepat penggunaannya secara etika atau sopan santun. Hal ini dikarenakan bahasa Sunda dianggap bahasa yang rumit dan kurang praktis. Maka, seperti yang diungkapkan oleh A. Chaedar Alwasilah dalam bukunya yang berjudul Pokoknya Sunda, dalam mempelajari  bahasa Sunda kita harus menekankan dalam aspek pembiasaan, bukan kefasihan. Dengan terbiasa menggunakan bahasa Sunda maka, mereka (baca: anak muda) akan mau untuk menggunakanya, bukan semata-mata takut karena tatananya yang njelimet (baca: adanya tata bahasa).

Hal ini bukanlah masalah sepele karena ini menyangkut identitas bangsa yang harus terus dipertahankan keberadaannya. Selain itu bahasa Sunda merupakan budaya bangsa yang patut dijadikan kebanggaan dalam diri setiap urang (orang) Sunda. Pengamat Bahasa dari Universitas Atmajaya Jakarta, Bambang Kaswanti Purwo, mengajurkan agar setiap orang tua membiasakan menggunakan bahasa daerah dirumahnya. Orang tua harus mengajarkan bahasa Sunda sejak dini. Saya menganjurkan agar setiap sekolah yang ada di Jawa Barat melaksanakan program dinten Sunda (hari berbahasa Sunda) sedikitnya 1 minggu sekali. Hal ini dilakukan agar bahasa daerah khususnya bahasa Sunda tidak punah.  Harus diakui bahwa karena tuntutan zaman kini setiap orang khususnya remaja harus memiliki keterampilan berbahasa asing, namun jangan sampai melupakan bahasa daerahnya sendiri. Karena jika bukan kita, siapa lagi yang akan memelihara, mempertahankan dan menjaga apa yang telah menjadi warisan nenek moyang.

1 comment:

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS