Pages

Sumpah Pemuda, Sebuah Janji Tanpa Realisasi

Thursday, October 30, 2014


28 Oktober 2014 kemarin adalah peringatan Sumpah Pemuda yang ke-86 tahun. Sebuah sumpah yang membangkitkan semangat para pemuda di masa penjajahan dulu. Suatu titik balik kebangkitan bangsa Indonesia ditengah kekejaman kolonialisme Belanda. Sebuah sumpah yang mempersatukan bangsa kita, perjuangan kedaerahan berubah menjadi perjuangan nasional. Semua berjuang mempertaruhkan jiwa dan raganya demi sebuah kemerdekaan.
Dirumuskan begitu baiknya oleh para pelopor kala itu. 
Intinya adalah satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa..
Kini kita memperingati tanggal 28 Oktober sebagai hari Sumpah Pemuda. Namun, nampaknya hanya sebuah peringatan biasa tanpa sebuah realisasi. Tidak dimaknai dengan baik. 
Dari ketiga isi Sumpah Pemuda terdapat sebuah kata yang sama, yakni SATU. 
Apakah sekarang kita sudah SATU TANAH AIR? BANGSA dan BAHASA?
Kita tinggal di satu negara yang sama, terbentang dari Sabang hingga Merauke, 726 bahasa daerah dipersatukan dengan satu bahasa, bahasa Indonesia. Namun sebenarnya bukan itu saja, ada makna yang lebih dalam yang terkandung dalam Sumpah Pemuda. kata SATU tanah air, bangsa, dan bahasa bermakna kita sebagai bangsa Indonesia yang tinggal di negara yang sama dengan satu bahasa pemersatu yang sama harus mampu bersatu untuk kesatuan dan kemajuan bangsa dan negara kita. Bukankah persatuan ini ditegaskan lagi dalam sila ke-3 Pancasila, "Persatuan Indonesia"?
Sekarang kita lihat carut marut politik dan ketegangan di Senayan. DPR yang seharusnya menjadi "perwakilan rakyat" hanya jadi "perwakilan partai" atau "perwakilan golongan". Bukan hanya itu, DPR yang seharusnya bersatu untuk menyuarakan suara rakyat, malah terpecah belah karena perbedaan kepentingan yang bersifat "golongan". Berpenampilan terhormat namun bermental liar, bertingkah seperti binatang yang tak tahu tata krama. Bertingkah seolah "saya paling benar". Berbagai intrik menyelimuti wajah-wajah baru parlemen. Bak anjing dan kucing yang tak pernah akur, begitulah KMP dan KIH. Melupakan amanah yang mereka pikul. 
Jika parlemennya tidak bersatu, bagaimana akan tercipta Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera? 
Egoisme harus dihilangkan. Api persaingan dan ketegangan harus diredakan, Ini bukan dunia dongeng yang akan muncul seorang superhero yang akan menyelesaikan semua masalah yang terjadi. Kesadaran dari setiap pribadi akan kepentingan bangsa harus dimunculkan. Bukankah Bapak/Ibu adalah insan beriman? Bukankah Anda berpendidikan? 
Hancur bangsa ini jika kita terpecah belah. 
Mari kita bersatu, satukan visi bahwa kedepannya Indonesia harus menjadi negara yang lebih baik dari sekarang. Negara dan bangsa yang siap menghadapi tantangan global, menjadi Zambrud Khatulistiwa, melebarkan sayap-sayap Garuda keseluruh penjuru dunia. Bukankah lebih indah bila hidup harmonis dan damai?

No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS